Sebagian besar mata uang pasar Asia menguat pada Selasa pagi, membalik pelemahan tajam yang terjadi pada sesi perdagangan sebelumnya.
Pada sesi semalam greenback mendapatkan rally kenaikan setelah beberapa pejabat Federal Reserve memberikan komentarnya. Menyusul juga kekhawatiran atas meningkatnya kasus COVID-19 di China.
Yuan China naik 0,2% menjadi 7,1518 terhadap Dolar, rebound dari tingkat terendah. Yen Jepang naik 0,3% dari level terendah 10 hari pada hari Selasa.
Tetapi sentimen terhadap ekonomi terbesar kedua di dunia itu tetap lemah, terutama karena bergulat dengan wabah COVID terburuknya. Infeksi harian tertinggi mendorong langkah-langkah penguncian baru di beberapa pusat ekonomi termasuk Beijing dan Shanghai.
Sentimen memburuk terhadap mata uang Asia yang lebih luas minggu ini, mengingat status negara sebagai mitra dagang utama untuk sebagian besar kawasan. Mata uang negara-negara yang terpapar China, termasuk Korea Selatan dan Singapura, turun tajam pada minggu ini.
Sementara itu, indeks dolar dan indeks berjangka dolar stabil pada hari Selasa setelah mencatat rally kenaikan 0,8% semalam, menyusul serangkaian sinyal hawkish dari beberapa pejabat Fed.
Presiden Fed San Francisco Mary Daly mengatakan bahwa bank sentral masih perlu memperketat kebijakan moneter untuk mengekang inflasi, sementara Kepala Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan dia mendukung kenaikan suku bunga 50 basis poin yang lebih kecil pada bulan Desember.
Sementara inflasi tercatat melemah lebih dari yang diharapkan pada bulan Oktober, masih tetap jauh di atas target Fed, yang kemungkinan akan mengundang lebih banyak kenaikan suku bunga oleh bank. Hal ini diperkirakan akan meningkatkan dolar dan menekan mata uang Asia dalam waktu dekat.
Fokus sekarang beralih ke minutes pertemuan November Fed, yang akan dirilis minggu ini, untuk petunjuk lebih lanjut tentang kebijakan moneter AS.