Melansir data dari Refinitiv, Mata Uang Tanah Air membuka perdagangan menguat 0,07% di Rp 14.400/US$. Kemudian, rupiah memangkas penguatannya ke Rp 14.410/US$ dan stagnan.
Kurs rupiah bergerak menguat kemudian tertahan di Rp 14.410/US$ terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu. Padahal, indeks dolar AS sedang menguat di pasar spot dan telah mencapai level tertinggi sejak Maret 2020.
Dolar AS berada di level tertinggi sejak Maret 2020 didukung oleh prospek kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan permintaan safe-haven yang dipicu oleh perlambatan pertumbuhan di China dan Eropa.
Padahal, indeks dolar AS juga sedang menguat terhadap 6 mata uang dunia. terpantau si greenback terapresiasi sebanyak 0,05% ke level 102,351.
Sepanjang bulan April, indeks dolar telah menguat sebanyak 4%. Sementara euro, yuan, dan yen telah turun karena para investor bertaruh bahwa suku bunga naik lebih cepat di Amerika Serikat daripada ekonomi utama lainnya.
Tanda-tanda penguatan rupiah sudah terindikasi pada pasar Non-Deliverable Forward (NDF) jika dibandingkan dengan performanya pada perdagangan kemarin (26/4) dengan hari ini. Namun, rupiah harus tetap waspada karena pada periode 2 bulan hingga 2 tahun, performa rupiah terindikasi melemah.
Sentimen negatif global kembali tereskalasi, di mana Gazprom yang merupakan perusahaan gas alam asal Rusia pada hari ini memberhentikan pengiriman gas alam ke Polandia dan Bulgaria. Tidak hanya itu, pembatasan kegiatan di China memicu potensi perlambatan pertumbuhan pada ekonomi global.