Dolar AS melonjak pada Kamis (10/03), sementara euro mengembalikan beberapa kenaikan besar dan kuat sesi sebelumnya menjelang perundingan tingkat tinggi antara Ukraina dan Rusia serta rapat terbaru kebijakan European Central Bank (ECB).
Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya, bergerak naik tipis 0,1% ke 98,016.
EUR/USD turun 0,1% di 1,1065, mempertahankan sebagian besar kenaikan 1,6% pada hari Rabu, kenaikan satu hari terbesar sejak Juni 2016, setelah pengumuman perundingan antara Menteri Luar Negeri Ukraina dan Rusia serta sempat turunnya harga minyak mendorong sentimen risiko.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov akan bertemu dengan rekannya dari Ukraina Dmytro Kuleba di Turki Kamis malam setempat. Ini adalah pertemuan pertama antara keduanya sejak invasi Rusia, sehingga meningkatkan harapan bahwa gencatan senjata dapat disepakati meskipun menteri luar negeri Ukraina itu mengingatkan bahwa harapannya rendah.
AS akan merilis IHK untuk bulan Februari nanti. Datanya diperkirakan akan menunjukkan kenaikan lain dan angka tahunan terlihat mencapai 7,9%, naik dari 7,5% bulan sebelumnya.
Federal Reserve bertemu minggu depan dan diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
USD/JPY diperdagangkan naik 0,1% ke 115,96, GBP/USD naik 0,1% menjadi 1,3184, setelah melonjak kuat pada hari Rabu, sementara aset sensitif risiko AUD/USD aik 0,3% ke 0,7340.
Juga membantu euro pulih dari tekanan baru-baru ini adalah aksi jual besar harga minyak mentah pada Rabu malam, di mana kontrak Brent dan WTI keduanya jatuh lebih dari 12%, setelah indikasi dari beberapa produsen bahwa mereka dapat meningkatkan pasokan untuk mencoba menebus gangguan yang disebabkan oleh sanksi Barat terhadap Rusia.
Mata uang bersama, Euro, jatuh ke level terendah 22 bulan di 1,0804 awal pekan ini, terbebani oleh dampak invasi Rusia ke Ukraina, dan sanksi terkait, pada harga minyak mentah, meningkatkan kekhawatiran stagflasi di Eropa.
Juga dalam agenda Kamis adalah pertemuan terbaru European Central Bank, dan investor mencermati bagaimana invasi Rusia ke Ukraina akan berdampak pada kebijakan moneter, saat para pengambil kebijakan telah mengisyaratkan pada Februari strategi keluar pembelian obligasi darurat, dan ini membuka jalan bagi kenaikan suku bunga akhir tahun ini.
Para pejabat Rusia telah mengambil banyak langkah untuk menopang ekonominya yang babak belur dan menjaga ketersediaan mata uangnya, tetapi ekonomi sedang menuju salah satu lonjakan inflasi terbesar abad ini, yang kemungkinan akan merugikan mata uangnya.