Emas melemah di Selasa (19/10) pagi waktu Asia. Penurunan ini merupakan kerugian hari kedua berturut-turut akibat kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS mengurangi daya tariknya, meskipun sentimen penghindaran risiko di pasar keuangan yang lebih luas membatasi kerugian untuk logam.
Kontrak emas teraktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, turun 2,6 dolar AS atau 0,15 persen sampai ke harga 1.765,70 dolar AS per ounce.
Sentimen di pasar keuangan yang lebih luas tetap lemah karena pertumbuhan ekonomi di China melambat, sementara lonjakan harga oil yang tak kunjung berhenti memicu kekhawatiran tentang peningkatan inflasi.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang jadi acuan naik karena investor meningkatkan taruhan kenaikan suku bunga, sementara indeks dolar tetap stabil.
Sementara emas dipandang sebagai lindung nilai inflasi, emas juga bersaing dengan greenback untuk status safe-haven. Pengurangan stimulus bank sentral dan prospek kenaikan suku bunga mendorong imbal hasil obligasi pemerintah naik, membebani emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Investor semakin memprediksi Federal Reserve untuk mulai mengurangi pembelian aset setelah data menunjukkan peningkatan yang solid dalam harga-harga konsumen AS bulan lalu. Hal ini dapat memperkuat dolar dan menciptakan penurunan pada emas.
Akan tetapi, laporan Federal Reserve pada kemarin mengatakan bahwa produksi industri AS turun 1,3 persen pada September, jauh lebih besar dari yang diharapkan karena efek Badai Ida yang masih ada terus menghambat aktivitas, memberikan beberapa dukungan pada emas.
Harga logam mulia lainnya, platinum untuk pengiriman Januari turun 21 dolar AS atau 1,98 persen, menjadi ditutup pada 1.037,90 dolar AS per ounce. Perak untuk pengiriman Desember turun 8,5 sen atau 0,36 persen, hingga ke 23,264 dolar AS per ounce.
Sementara itu, EUR/USD alami kenaikan hingga ke 1.16306. Begitu pula pada GBP/USD, terjadi kenaikan sampai ke harga 1.37516. AUD/USD pun meningkat ke 0.74350, sedangkan USD/JPY menurun ke 114.129.