Rabu (20/10) pagi di waktu Asia, emas kembali menyusut tipis oleh pelonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS yang mengurangi daya tarik logam mulia serta spekulasi untuk laporan laba kuartalan perusahaan yang optimis mengangkat sentimen risiko.
Emas di pasar spot menurun 0,1 persen dan menjadi ditutup pada 1.767,70 dolar AS. Emas berjangka AS juga mengalami penurunan tipis, yaitu 0,1 persen hingga ke 1.768,40 dolar AS per ounce.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun mengalami lonjakan tinggi melonjak ke level teratas sejak 20 Mei, meningkatkan peluang kerugian investor emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Ekspektasi untuk laporan laba kuartalan perusahaan-perusahaan yang kuat, yang memberikan dorongan pada ekuitas AS juga meredupkan daya tarik safe haven logam.
Federal Reserve akan menunggu hingga 2023 sebelum menaikkan suku bunga, menurut mayoritas ekonom dalam jajak pendapat Reuters, meskipun inflasi yang berkelanjutan kemungkinan akan menjadi risiko yang lebih besar bagi ekonomi AS selama tahun mendatang.
Emas sering dianggap sebagai lindung nilai inflasi, meskipun pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga mendorong imbal hasil obligasi pemerintah naik.
Menurut kepala ekonom, ekspektasi pasar untuk suku bunga di waktu mendatang tidak sesuai dengan panduan Bank Sentral Eropa (ECB) untuk tidak ada kenaikan sampai inflasi terlihat stabil di 2,0 persen.
Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan bahwa inflasi mungkin bertahan lebih lama dari yang diperkirakan hanya beberapa bulan lalu.
Logam mulia lainnya, perak turun 0,1 persen, melemah hingga 23,63 dolar AS per ounce. Platinum juga turun 0,4 persen menjadi 1.035,97 dolar AS. Paladium pun sama, menurun 0,5 persen menjadi 2.087,91 dolar AS.
Sementara itu, EUR/USD alami kenaikan hingga ke 1.16380. Begitu pula pada GBP/USD, terjadi kenaikan sampai ke harga 1.37912. AUD/USD pun meningkat ke 0.74863, juga USD/JPY naik ke 114.468.