Kamis (24/02) pagi di Asia, dolar AS bergerak naik seiring melemahnya euro dan peningkatan permintaan untuk mata uang safe haven akibat kekhawatiran atas invasi Rusia ke Ukraina.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya terus naik 0,51% di 96,682. Indeks juga sempat naik 0,19% ke 96,374 untuk pertama kalinya sejak pertengahn Februari.
Keadaan darurat telah diumumkan di Ukraina, dan Rusia mulai mengevakuasi kedutaan besarnya di ibu kota Ukraina, Kyiv. Barat bereaksi dengan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, dengan AS bergabung bersama Jerman dalam memberikan sanksi atas pipa gas Nord Stream 2 yang menghubungkan Jerman dan Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi khusus untuk “melindungi” wilayah Donbass (Donbas) Ukraina, menurut laporan TASS yang mengutip pidato. Putin mengatakan bahwa saat Rusia tidak memiliki rencana untuk menduduki Ukraina, ia mendesak pasukan Ukraina untuk meletakkan senjata mereka dan pulang serta Rusia tidak akan membiarkan Ukraina mengamankan senjata nuklir, tambah laporan itu.
USD/JPY turun 0,27% di 114,66. Rupiah turun 0,30% ke 14.377,5 per dolar AS.
Dolar, yen Jepang, dan Franc Swiss semuanya naik menuju tertinggi multi-minggu terhadap euro. Dolar AS tetap mendekati puncak satu minggu setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan ia yakin Rusia akan menyerang Ukraina dalam beberapa jam.
Mata uang terkait komoditas yang lebih berisiko juga turun, mencerminkan minat risiko investor yang menurun, kehilangan ketahanannya dari awal pekan ini. Euro turun sebanyak 0,26% menjadi $1,12750, level terendah sejak 3 Februari. Euro juga turun 0,29% ke 129,640 yen, mendekati level terendah 129,360 yang dicapai pada hari Selasa, terlemah sejak 3 Februari. Mata uang tunggal ini juga turun 0,22% di 1,03550 franc, mendekati titik terendah Selasa di 1,03405, terendah sejak 24 Januari.
Pasangan AUD/USD melemah 0,76% di 0,7179 dan NZD/USD melemah 0,76% di 0,6723. Pasangan USD/CNY naik tipis 0,08% di 6,3187 sedangkan GBP/USD turun 0,32% di 1,3501.