Dolar AS melemah pada akhir pekan pagi di Asia, dan euro berusaha memulihkan kerugian dari hari sebelumnya. Invasi Rusia ke Ukraina pada hari Kamis memukul mata uang tunggal itu dengan keras, dan investor beralih ke aset safe haven termasuk dolar, yen Jepang, dan franc Swiss.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya turun tipis 0,11% ke 96,851. Indeks sempat naik ke 97.740, level tertinggi sejak Juni 2020.
Sementara itu, dolar AS jatuh terhadap yen dan franc Swiss. Greenback turun 0,48% terhadap mata uang Jepang pada hari Kamis dan berada di 0,9241 terhadap franc Swiss setelah kehilangan 0,85% pada hari sebelumnya.
Pasangan USUD/JPY melemah ke 115,21. Rupiah bergerak naik 0,10% ke 14.365,5 per dolar AS. AUD/USD menguat di 0,7186 dan NZD/USD menguat 0,28% ke 0,6711. Reserve Bank of New Zealand menargetkan kenaikan suku bunga secepat mungkin untuk mengendalikan inflasi dan menghindari perlunya pengetatan kebijakan yang lebih besar di masa depan.
Dalam serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua, Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada hari Kamis. Puluhan ribu orang telah meninggalkan rumah mereka dan pasukan Ukraina bertempur di berbagai sisi. AS menanggapi dengan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, menghambat akses Rusia ke mata uang asing di samping sanksi terhadap bank dan perusahaan milik negara.
Investor juga menghitung dampak krisis di Ukraina terhadap kebijakan moneter bank sentral. Beberapa pejabat dari European Central Bank, bahkan mereka yang dianggap hawkish, mengatakan situasi di Ukraina dapat menyebabkan bank sentral menunda dimulainya pengurangan aset.
USD/CNY turun tipis 0,15% ke 6,3187 dan GBP/USD menguat 0,37% ke 1,3421.
Rubel Rusia juga jatuh ke rekor terendah 89,986 per dolar semalam, sebelum sedikit pulih. EUR/USD naik 0,25% di 1,1219 pukul 11.24 WIB setelah mencapai level terendah sejak Mei 2020, atau $1,1106. Pound dan dolar Australia yang lebih berisiko juga mengalami kerugian, dan berusaha untuk pulih dari kerugiannya.
Di AS, investor dan beberapa pejabat mengatakan konflik kemungkinan akan melambat, tetapi tidak menghentikan, kenaikan suku bunga segera dari Federal Reserve AS.