Dolar AS bergerak naik pada Kamis pagi di Asia, mendekati level tertinggi dalam dua dekade. Krisis energi yang berkembang di Eropa menghantam euro, dan investor juga mencerna keputusan kebijakan terbaru Bank of Japan.
Indeks Dollar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya naik 0,42% menjadi 103,396. Indeks mencapai level tertinggi lima tahun di 103,28 dan dorongan lebih lanjut di atas 103,84 akan membuatnya mencapai level sejak akhir tahun 2002.
Euro tertahan di $1,0553 setelah mencapai level terendah lima tahun di $1,0515 pada hari Rabu. Nilainya telah jatuh 4,6% pada bulan April hingga saat ini dan menuju bulan terburuk sejak awal 2015. Mata uang tunggal ini sekarang sangat dekat dengan level support grafik besar yang membentang dari $1,0500 hingga titik terendah 2017 di $1,0344. Penembusan level itu dapat mencapai posisi terendah yang tidak terlihat sejak 2002 dan berisiko mengalami penurunan yang merusak di bawah paritas.
Pasangan AUD/USD turun 0,38% menjadi 0,7099, dengan Australia merilis angka penjulan ritel sebelumnya. Pasangan NZD/USD turun 0,63% menjadi 0,6505.
Pasangan USD/JPY terus menguat 0,94% di 129,64. Produksi industry Jepang meningkat 0,3% bulan ke bulan, dan penjualan ritel meningkat 0,9% tahun ke tahun, pada Maret 2022.
Pasangan USD/CNY naik 0,39% ke 6,5858 sedangkan GBP/USD turun 0,27% menjadi 0,2516.
Rupiah juga melemah 0,40% di 14.477,6 per dolar AS.
Menambah masalah ekonomi Eropa yakni peningkatan biaya energi yang dijual dalam mata uang dolar, pada saat yang sama Rusia memangkas pasokan gas alam ke Polandia dan Bulgaria yang menyebabkan harga-harganya melonjak.
Risiko juga dapat membuat European Central Bank (ECB) enggan untuk melakukan pengetatan secara agresif, yang dapat membuatnya tertinggal jauh di belakang Federal Reserve AS. ECB akan merilis buletin ekonomi hari ini.
Sementara itu, Bank of Japan mempertahankan suku bunganya stabil sebesar -0,10% saat mengeluarkan keputusan kebijakan sebelumnya. Bank sentral ini tidak lebih dekat untuk memperketat kebijakan moneternya karena terus mempertahankan imbal hasil mendekati nol.
Namun, sorotan potensial untuk mata uang AS yakni data PDB AS yang akan dirilis kemudian. Meskipun pasar memperkirakan pertumbuhan 1,1%, risikonya turun setelah defisit perdagangan AS mencapai rekor tertinggi dan menyiratkan hambatan besar dari ekspor bersih. PDB sebenarnya bisa berkontraksi sebesar 1,3% tahunan pada kuartal I, dan setiap pembacaan negatif dapat meredam kenaikan dolar jika hanya untuk sementara, analis Natwest Markets mengatakan kepada Reuters.