Dolar AS bergerak melemah pada awal pekan, tetapi mengalami kerugian minimal. Investor juga masih khawatir terhadap potensi konflik di Eropa Timur, di samping lonjakan inflasi.
Senin (14/02), indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya turun tipis 0,04% di 96,033.
Meningkatnya kekhawatiran atas invasi Rusia ke Ukraina membuat euro turun ke 1,1360 dolar dari level tertinggi minggu lalu di 1,1495 dolar. Dolar Australia dan Selandia Baru yang lebih berisiko juga tetap di bawah level minggu sebelumnya, dan rubel Rusia mengalami penurunan paling besar dalam hampir dua tahun pada hari Jumat.
USD/CNY naik tipis 0,1% menjadi 6,3612 sedangkan GBP/USD turun tipis ke 1,3542.
AS membunyikan alarm pada hari Minggu bahwa Rusia dapat membuat dalih mengejutkan untuk menyerang negara tetangganya, yang telah dibantah Rusia. Kanselir Jerman Olaf Scholz akan menuju ke Ukraina di kemudian hari, diikuti dengan perjalanan ke Moskow lusa, dan memperingatkan adanya sanksi jika serangan terjadi.
Ketegangan ini adalah kejutan terbaru bagi pasar yang sudah goyah dari data inflasi AS yang tinggu minggu lalu. Meskipun kekhawatiran atas kenaikan suku bunga darurat agak mereda, beberapa investor memperkirakan dolar akan tetap didukung.
USD/JPY melemah tipis 0,01% menjadi 115,40. Rupiah naik tipis 0,05% ke 14.342,6 per dolar AS.
AUD/USD melemah 0,19% ke 0,7122. Data pekerjaan Australia akan dirilis pada hari Kamis dan kemungkinan angka yang mengejutkan bisa mendorong pengukur volatilitas dolar Australia ke level tertinggi hampir satu tahun. Pasangan NZD/USD juga turun 0,32% di 0,6627.
Dolar stabil di awal sesi, dengan euro, yang turun 1,2% pada yen pada hari Jumat, dan mata uang negara importir minyak dipandang sebagai yang paling berisiko dari konflik di Ukraina.
Presiden European Central Bank (ECB) Christine Lagarde akan berpidato di depan Parlemen Eropa, dan Presiden Federal Reserve Bank of St. Louis James Bullard juga akan berbicara kepada media, selanjutnya.
Pound stabil, lantaran investor yakin Bank of England akan menaikkan suku bunganya sendiri pada Maret 2022 dan memperkirakan peluang sekitar 40% untuk kenaikan 50 basis poin.
Di seberang Atlantik, The Fed akan merilis risalah dari pertemuan terakhirnya pada hari Rabu setempat. Sentimen minggu lalu tentang kenaikan suku bunga antar-pertemuan sedikit surut setelah Fed merilis jadwal pembelian obligasinya tidak berubah untuk bulan mendatang. Bank sentral tersebut akan menaikkan suku bunga hanya setelah pembeliannya berhenti.