Kamis (03/02) dolar AS beranjak naik, ditopang dari tingkat penghindaran risiko setelah hasil pendapatan yang mengecewakan dari Meta pemilik Facebook, tetapi fokusnya kini bertumpu pada pertemuan bank sentral di Inggris dan Eropa.
Dolar AS, dianggap sebagai tempat berlindung yang aman di saat terjadi tekanan, telah menerima beberapa dukungan usai Meta Platforms melaporkan pendapatan yang mengecewakan dan prospek yang lemah, mendorong aksi jual di saham teknologi dan media sosial.
Indeks Dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya, naik tipis 0,18% ke 96,105. Rupiah berakhir mlemah 0,16% di 14.377,6 per dolar AS.
Mata uang yang sensitif terhadap risiko, seperti dolar Australia dan Selandia Baru, mengalami kesulitan. AUD/USD turun 0,16% di 96,106.
GBP/USD turun 0,19% di 1,3551, menjelang pertemuan Bank of England, di mana bank sentral ini diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga pertama kembali sejak 2004, setelah 15 basis poin kenaikan pada bulan Desember, dengan inflasi kini ada di tingkat tertinggi tiga dekade.
NZD/USD hanya naik tipis 0,08% ke 0,6634. Indeks dolar AS sejauh ini hanya naik 0,5% tahun ini, setelah naik hampir 7% pada tahun 2021, kinerja terbaiknya sejak 2015, saat Federal Reserve dipandang sebagai salah satu bank sentral besar pertama yang mengendalikan kebijakan moneter akomodatif karena lonjakan inflasi.
Dolar AS diperkirakan akan menguat setidaknya selama 3-6 bulan lagi, tetapi akan membutuhkan perubahan signifikan dalam ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga Federal Reserve guna mendorongnya lebih tinggi.
Inflasi juga menjadi masalah di Zona Euro setelah data yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan harga konsumen tak terduga melonjak ke tingkat rekor sebesar 5,1% pada Januari, lebih besar dua kali lipat target 2% ECB. ECB diperkirakan tidak akan mengubah kebijakan pada pertemuan ini, tetapi investor akan dengan hati-hati mendengarkan konferensi pers Lagarde untuk mencari tanda-tanda sikap kebijakan hawkish, terutama dengan The Fed dan BOE yang sekarang berbicara keras.
Sementara, USD/JPY naik 0,2% menjadi 114,67 setelah aktivitas sektor jasa Jepang mengalami kontraksi pada laju tercepatnya dalam lima bulan di bulan Januari, dan PMI jasa turun ke 47,6 dari 52,1 bulan sebelumnya dan pembacaan awal tercatat 48,8.