Indeks Dolar AS Melanjutkan Pelemahannya Pada Akhir Perdagangan Awal Pekan

Indeks dollar AS melanjutkan pelemahannya pada akhir perdagangan awal pekan. Dolar melemah karena selera risiko di seluruh pasar sementara menguat, didukung oleh data ekonomi yang menggembirakan dan taruhan bahwa Federal Reserve akan memperketat kebijakan pada kecepatan yang lebih lambat.

Indeks dolar berada di jalur untuk penurunan lebih dari 1,5% pada Mei – meskipun tetap naik sekitar 6,0% pada tahun ini. Terakhir turun 0,3% hari ini di 101,440.

Data pada akhir pekan kemarin menunjukkan bahwa belanja konsumen AS naik lebih besar dari yang diharapkan pada April karena rumah tangga mendorong pembelian barang-barang dan jasa-jasa, dan kenaikan inflasi melambat.

Para analis mengatakan data yang menggembirakan, ditambah dengan taruhan pada jalur pengetatan yang lebih hati-hati oleh The Fed, melemahkan dolar.

Perdagangan kemungkinan akan ringan karena pasar saham dan obligasi AS tutup untuk libur umum Memorial Day.

Pasar saham dunia naik pada awal pekan ini, karena pelonggaran pembatasan COVID-19 dan stimulus baru di China membantu mempertahankan rebound minggu lalu.

Yuan China yang diperdagangkan di luar negeri menguat sebanyak satu% terhadap dolar di tengah berita pembukaan kembali pembatasan Covid-19, dan terakhir naik 0,7% pada 6,6771 yuan per dolar.

Data inflasi dari Jerman dan Spanyol pada awal pekan menunjukkan kenaikan harga-harga mengalami percepatan pada Mei, didorong oleh melonjaknya harga energi, menjelang angka inflasi zona euro pada Selasa waktu setempat.

Sejumlah data ekonomi lebih lanjut akan dirilis minggu ini yang dapat memberikan petunjuk tentang prospek pertumbuhan global, termasuk angka pekerjaan AS dan angka Indeks Manajer Pembelian (PMI) China.

Angka inflasi membantu membatasi kenaikan euro, dengan mata uang tunggal naik 0,3% pada 1,07700 dolar AS, setelah sebelumnya mencapai tertinggi bulanan di 1,07810 dolar AS.

Mata uang safe-haven yen turun kembali 0,5% menjadi 127,715 yen per dolar. Sterling naik tipis 0,1% menjadi 1,26405 dolar AS.

Kinerja Dolar AS Yang Tidak Bisa Mempertahankan di Atas Harga 102,00 Akhirnya Berangsur Membawanya Turun Sampai Ke Harga 101,70.

Mengawali hari di bulan baru Juni ini, pegerakan indeks dolar AS yang masih lesu untuk sesi Asia ini. Setelah sebelumnya dihantam penurunan tajam.

Berawal dari pernyataan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden setelah bertatap muka dengan petinggi bank sentral AS Jerome Powell. Dalam pertemuan tersebut ada bahasan tentang penerapan Langkah-langkah kuantitatif melawan inflasi yang terjadi.

Kinerja Dolar AS yang tidak bisa mempertahankan di atas harga 102,00 akhirnya berangsur membawanya turun sampai ke harga 101,70.

Walaupun dalam diskusi tersebut tidak menghasilkan suatu sinyal yang potensial, namun dalam penegasannya kedua orang petinggi tersebut masih bersusah payah melawan kenaikan dari tekanan harga.

Hari ini fokus para pelaku pasar menantikan laporan dari Indeks Manajer Pembelian (IMP) Manufaktur ISM. Dimana dalam perkiraan para ekonom, laporan bakal buruk dibandingkan dengan laporan bulan sebelumnya. Ada di angka 54,5 untuk estimasinya, dibandingkan 55,4 pada bulan sebelumnya.

Ketakutan terhadap inflasi sangat nyata dan perlu ditangai dengan tegas lebih dini.

Christopher Waller, petinggi The Fed juga mengatakan mendukung kenaikan suku bunga 50 bps sampai mendapatkan pengurangan di dalam tingkat inflasi.

Dolar AS Sedikit Anjlok, Menyebabkan Turunnya Kepercayaan Pasar Terhadap The Fed

Pergerakan dari dolar AS kini kembali melemah di akhir pekan kemarin. Pelemahan USD ini disebabkan bahwa beberapa spekulan menyebutkan bahwa bank sentral AS kemungkinan akan memperlambat atau menghentikan sementara keputusan kenaikan suku bunga. Setelah rencana sebelumnya pada pertengahan tahun ini.

Dalam rapat the Fed, dimana menjelaskan bahwa beberapa peserta rapat anggap keputusan menaikkan lagi suku bunga 50 basis poin pada pertengahan tahun ini layak. Harapannya untuk memerangi inflasi yang membuat perekonomian masih runyam.

Dalam penutupan hari kemarin, pergerakan indes dolar uang mengukur kekuatan dari mata uang negara AS tersebut turun 0,28%. Penurunan melawan mata uang mayor ini bergerak ke kisaran 101.77 berada di penutupan.

Diketahui sebelumnya kenaikan pada Greenback menyentuh tingkat tertingginya dalam dua dekade di harga 105. Akan tetapi saat ini para pelaku pasar melihat ada perlambatan pada langkah the Fed. Mereka sedikit percaya kalau nantinya the Fed bakal memperlambat keputusan kenaikan suku bunga. Bukan lagi di pertengahan tahun ini. 

Data ekonomi AS yang baru saja di rilis, seperti tingkat PDB (preliminary GDP) berada di tingkat -1,5% turun dari data yang dilaporkan sebelumnya di 1,4%. Menegaskan bahwa perekonomian AS mengalami kontraksi di kuartal pertama tahun ini.

Ada pendapat dari Ed Moya, seorang analis dari Oanda, sebutkan bahwa kini para pelaku pasar beranggapan kalau bank sentral AS tidak terlalu agresif untuk jangka pendek ini.

Dolar AS Melemah Pada Akhir Pekan di Asia

Dolar AS melemah pada akhir pekan di Asia. Mata uang AS jatuh ke level terendah satu bulan, dengan investor menurunkan ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve AS dan tanda-tanda bahwa bank sentral dapat memperlambat atau bahkan menghentikan siklus pengetatannya pada paruh kedua tahun 2022.

Pasangan USD/JPY turun 0,22% menjadi 126,86. USD/IDR terus naik 0,37% di 14.576,0 per dolar AS.

Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya turun 0,34% ke 101,32.

Greenback mencapai level tertinggi hampir dua dekade di atas 105 pada pertengahan bulan tetapi turun di tengah tanda-tanda bahwa pengetatan kebijakan moneter Fed sudah bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi. Imbal hasil Treasury AS juga turun dari level tertinggi multi tahun, yang selanjutnya melemahkan dolar.

Pasangan AUD/USD naik 0,63% di 0,7143 dan NZD/USD naik 0,70% di 0,6522.

Pasangan USD/CNY turun tipis 0,08% ke 6,7335 dan GBP/USD naik 0,48% menjadi 1,2655.

Indeks dolar AS turun ke 101,43 untuk pertama kalinya sejak 25 April 2022, dan akan mengalami penurunan 1,5% untuk minggu ini, setelah turun sekitar 1,37% minggu lalu. Ini akan menjadi penurunan dua minggu pertama sejak pergantian tahun. Reli hari Jumat untuk saham-saham Asia Pasifik juga membuat investor mundur dari dolar safe haven.

Mata uang AS juga jatuh terhadap euro ke level terlemah sejak 25 April di $1. 0765. Dolar juga jatuh ke level terendah terhadap pound sejak 26 April 2022.

Kerugian dolar adalah keuntungan mata uang Antipodean yang sensitif terhadap risiko, di mana dolar Australia dan Selandia Baru keduanya dalam tren naik.

Dalam cryptocurrency, sentimen risiko yang lebih baik tidak membantu bitcoin, yang turun 0,9% ke sekitar $28.908 dan melanjutkan penurunan bertahap minggu ini dari $30.000.

Dolar AS melemah terhadap yen, jatuh bertahap selama tiga minggu dari level tertinggi dua dekade di 131,35.

Risalah dari pertemuan terbaru The Fed, yang dirilis awal pekan ini, menunjukkan sebagian besar peserta percaya kenaikan 50 basis poin akan sesuai pada pertemuan kebijakan Juni dan Juli 2022. Namun, banyak pengambil kebijakan berpikir besar, kenaikan suku bunga awal akan memberikan ruang untuk jeda nanti pada tahun 2022 untuk menilai dampak dari pengetatan kebijakan tersebut.

USD Anjlok; EURO Menguat Karena President ECB

Dolar mencapai level terendah hampir satu bulan pada hari Selasa setelah Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengatakan suku bunga zona euro kemungkinan akan berada di wilayah positif pada akhir kuartal ketiga, memberi euro dorongan ke atas. 

S&P Global mengatakan kilasan Indeks Output PMI Komposit AS, yang melacak sektor manufaktur dan jasa, menunjukkan laju pertumbuhan paling lambat dalam empat bulan.

Komentar Lagarde menyiratkan peningkatan setidaknya 50 basis poin pada suku bunga deposito ECB dan memicu spekulasi kenaikan yang lebih besar musim panas ini untuk melawan lonjakan inflasi terkait dengan kenaikan harga energi yang disebabkan oleh perang di Ukraina dan stimulus sektor publik besar-besaran setelah permulaan. dari pandemi virus corona.

melambat pada Mei karena harga yang lebih tinggi mendinginkan permintaan untuk layanan sementara kendala pasokan baru karena penguncian COVID-19 di China dan perang di Ukraina menghambat produksi di pabrik.

Euro naik 0,42% pada $ 1,07355 pada 15:25 EDT (19:25 GMT). Selama tujuh sesi perdagangan terakhir, mata uang tunggal telah rebound 3,7% setelah jatuh ke level terendah sejak Januari 2017, di $ 1,0349, awal bulan ini.

Di Amerika Serikat, sebagian besar pengetatan kebijakan moneter oleh Federal Reserve kemungkinan besar sudah diperhitungkan, kata Marshall Gittler, kepala penelitian investasi di BDSwiss.

Risalah dari pertemuan kebijakan Fed 3-4 Mei akan dirilis pada hari Rabu.

Terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, dolar turun 0,372% pada 101,76, level terendah sejak 26 April.

Greenback melemah lebih lanjut setelah data menunjukkan aktivitas bisnis AS 

Sterling jatuh terhadap dolar AS setelah data PMI menunjukkan bahwa momentum di sektor swasta Inggris melambat lebih dari yang diharapkan bulan ini, menambah kekhawatiran resesi karena tekanan inflasi meningkat lebih tinggi. Pound Inggris turun 0,48% pada $ 1,2525.

Mata Uang AS Memulihkan Kembali Kerugiannya Setelah Jatuh 0,85% Pada hari Awal Pekan

Indeks dollar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya naik tipis 0,15% di 102,06

Dolar AS beranjak naik pada hari Selasa di Asia. Aset safe haven memulihkan beberapa kerugian semalam, dan yen juga menguat, kala saham berjangka AS jatuh pasca anjloknya saham Snapchat.

Pasangan USD/JPY turun tipis 0,13% ke 127,70. Indeks manajer pembelian manufaktur Jepang (PMI) Mei 2022 tercatat  sebesar 53,2 dan negeri sakura ini juga menerbitkan  PMI jasa untuk bulan tersebut.

Pasangan AUD/USD melemah 0,32% di 0,7084 dan NZD/USD turun 0,46% menjadi 0,6437.Penjualan ritel inti Selandia Baru tumbuh 0% periode kuartal ke kuartal di kuartal I/2022, sementara penjualan ritel berkontraksi sebesar 0,5% kuartal ke kuartal.

Mata uang AS memulihkan kembali kerugiannya setelah jatuh 0,85% pada hari Senin, yang membawanya menjauh dari level puncak hampir dua dekade di atas 105 yang dicapai selama pertengahan bulan. Namun, dolar AS turun terhadap yen Jepang.

Rupiah bergerak menguat 0,13% di 14.651,5 per dolar AS Pasangan USD/CNY naik tipis 0,12% menjadi 6,6585 sedangkan GBP/USD  turun tipis 0,20% menjadi 1,2563.

Di seberang Atlantik, euro terus turun 0,21% di $1,0672, meskipun hampir tidak mengurangi lonjakan sebesar 1,17% yang dicapai pada hari Senin, setelah Presiden European Central Bank (ECB) Christine Lagarde mengatakan pengambil kebijakan kemungkinan akan meningkatkan suku bunga deposito kawasan euro dari wilayah negatif pada akhir September 2022.

Saham-saham berjangka AS mengalami penurunan 0,81% untuk S&P 500 dan penurunan 1,41% untuk Nasdaq saat dimulai, dan ini menghilangkan kilau dari sesi positif pada hari Senin yang membuat indeks masing-masing naik 1,86% dan 1,68%. Peringatan tekanan laba muncul dari pemilik Snapchat Snap Inc . (NYSE:SNAP) yang sahamnya jatuh 28% dalam perdagangan lanjutan.

Sementara itu, ada sedikit tanda positif untuk ekonomi global, di mana Kota Shanghai di China diperkirakan akan segera mencabut tindakan lockdown-nya dan pernyataan dari Presiden AS Joe Biden awal pekan ini soal kemungkinan penurunan tensi perang dagang dengan China mengangkat sentimen risiko terhadap dolar.

Dolar AS telah jatuh di samping penurunan imbal hasil Treasury AS dari level tertinggi multi tahun, dan pasar telah memperkirakan pelonggaran agresif oleh Federal Reserve.

Investor sekarang menunggu data PMI manufaktur global lainnya selama hari ini yang akan menjadi fokus utama lainnya bagi investor.

Meskipun Mencatat Terburuk Sejak Ferbuari, Namun Dollar AS Menguat

Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya terus naik 0,35% menjadi 102,94. Indeks turun 1,5% untuk minggu ini dan akan mengakhiri kenaikan enam minggu berturut-turut, setelah naik ke level tertinggi Januari 2003 di 105,01 seminggu lalu.

Dolar AS bergerak naik pada akhir pekan pagi di Asia, menuju pekan terburuknya sejak awal Februari 2022. Imbal hasil Treasury AS melemah dan kelelahan setelah greenback melonjak 10% selama 14 minggu.

Pasangan USD/CNY naik 0,22% ke 0,67282 sedangkan GBP/USD turun tipis 0,10% di 1,2449

Pasangan USD/JPY naik tipis 0,03% ke 127,845. Rupiah menguat 0,40% di 14.670,7 per dolar AS.

Pasangan AUD/USD turun 0,45% di 0,7016 dan NZD/USD turun tipis 0,11% menjadi 0,6373.

Kekhawatiran sekarang berkembang bahwa The Fed dan bank sentral lainnya telah tertinggal dalam mengendalikan inflasi dan perlu lebih agresif dalam pengetatan kebijakan. Perang yang berkecamuk di Ukraina, yang dipicu oleh invasi Rusia pada 24 Februari, juga meredupkan prospek inflasi yang didorong oleh harga komoditas.

Namun, saham-saham global terus jatuh karena pengetatan moneter yang agresif, yang dipimpin oleh Federal Reserve AS, dan COVID-19 China terus menimbulkan tantangan bagi pertumbuhan ekonomi. Daya tarik dolar safe haven juga terhalang oleh penurunan imbal hasil AS saat investor beralih ke obligasi Treasury.

Imbal hasil acuan Treasury 10 tahun jatuh ke level terendah lebih dari tiga minggu di 2,772%, dari level tertinggi tiga setengah tahun di atas 3,2% pada awal bulan.

Yen Jepang akan mencatatkan kenaikan mingguan kedua berturut-turut, dengan dolar jatuh 1,16% ke 127,7857yen sejak akhir pekan  lalu.

Tanda-tanda pembukaan kembali di China memberikan dukungan bagi mata uang Antipodean. Dolar Australia jatuh pada akhir pekan, setelah mitranya AS sedikit memantul setelah lonjakan 1,33% Aussie pada hari Kamis.

Di Asia Pasifik, jalan keluar China dari lockdown COVID-19 masih belum jelas, bahkan ketika Kota Shanghai bersiap untuk mengizinkan lebih banyak bisnis di daerah nol-COVID untuk melanjutkan operasi normal mulai awal Juni 2022.

Indeks Dolar AS Yang Mengukur Greenback Terhadap Sejumlah Mata Uang Lainnya Melemah 0,43% di 102,736.

Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya melemah 0,43% di 102,736.

Dolar AS melemah pada awal pekan pagi di Asia. Investor memangkas ekspektasi kenaikan dolar lebih lanjut dari kenaikan suku bunga AS dan memperkirakan pelonggaran lockdown di China dapat membantu ekonomi global.

Pasangan USD/JPY turun 0,40% ke 127,31. Rupiah turun 0,1% di 14.664,2 per dolar AS hingga.

Pasangan AUD/USD menguat 0,75% di 0,7085 dan NZD/USD naik 1,04% menjadi 0,6456.

Geopolitik juga masuk radar investor. Presiden AS Joe Biden memulai tur Asia-nya ke Seoul dan Tokyo Jumat lalu, mempromosikan keterlibatan ekonomi AS yang lebih besar dan melawan pengaruh China. Biden bertemu kaisar Jepang pagi hari ini menjelang pembicaraan dengan Perdana Menteri Fumio Kishida.

Pasangan USD/CNY turun tipis 0,05% menjadi 6,6896, sementara GBP/USD naik 0,42% ke 1,2539. China melonggarkan lockdown-nya di Shanghai dan memangkas suku bunga pinjaman lima tahun minggu lalu, ini menandakan bahwa pihak berwenang mendukung pemulihan.

Reserve Bank of New Zealand diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin pada hari Rabu. Investor juga menunggu risalah pertemuan Federal Reserve AS, yang dijadwalkan pada hari yang sama.

Di Asia Pasifik, Australia memilih pemerintahan baru pada hari Sabtu, tetapi diperkirakan tidak akan mengubah arah kenaikan suku bunga.

Seputar data, penjualan rumah baru AS serta Indeks Manajer Pembelian manufaktur dan jasa, akan dirilis pada hari Selasa.

Dollar AS Anjlok; Sentimen Investor Tetap Rapuh Karena Potensi Akan Ada Resensi

Dolar AS melemah pada Kamis pagi di Asia. Tekanan mata uang safe haven berhenti setelah mengalami kenaikan besar sesi sebelumnya. Namun, kekhawatiran pun berkembang bahwa kebijakan moneter yang lebih ketat dari Federal Reserve AS dan bank sentral global lainnya dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Pasangan USD/JPY kian naik 0,50% di 128,86 setelah jatuh 0,86% pada hari Rabu. Data perdagangan Jepang untuk April 2022 dirilis sebelumnya menunjukkan ekspor naik sebesar 12,5% tahun ke tahun, impor naik 28,2% tahun ke tahun, dan neraca perdagangan berkontraksi menjadi -JPY839,4 miliar (-$6,51 miliar).

Indeks dollar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya terus turun 0,21% di 103,642. Pelemahan ini terjadi setelah mengalami lonjakan sebesar 0,55% selama sesi sebelumnya yang mengakhiri penurunan beruntun tiga hari mata uang AS tersebut.

Franc Swiss, sesama aset safe haven, terus menguat. Dolar kehilangan 0,2% lebih lanjut menjadi 0,9857 franc setelah turun 0,6%.

Pasangan AUD/USD menguat 0,94% ke 0,7017 dan NZD/USD juga naik 0,75% menjadi 0,6342.Rupiah masih turun 0,21% ke 14.716,7 per dolar AS.

Imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun menguat 0,88% di 2,909, turun dari level tertinggi 3,015% yang dicapai selama sesi sebelumnya.

Pasangan USD/CNY naik tipis 0,04% ke 6,7574 dan GBP/USD  naik 0,43% di 1,2392.

Namun, sentimen investor tetap rapuh meskipun reli aset safe haven baru-baru ini surut. Saham Asia dan kontrak berjangka AS turun, menyusul penurunan sebesar 4% untuk S&P 500 dan penurunan 5% untuk Nasdaq sesi sebelumnya.

Data perumahan AS yang buruk pada hari Rabu menambah masalah perlambatan ekonomi. Data izin bangunan tercatat sebanyak 1,819 juta tetapi menyusut 3,2% bulan ke bulan pada April 2022 dan { {ecl-151||pembangunan dimulai}} mencapai 1,724 juta tetapi berkontraksi 0,2% bulan ke bulan.

Sementara itu, euro mendapatkan kembali sebagian kerugiannya dan naik 0,34% menjadi $1,0502 setelah jatuh 0,84% pada hari Rabu. Pound naik 0,42% di 1,2390 setelah jatuh 1,2% semalam, usai data hari Rabu menunjukkan bahwa indeks harga konsumen Inggris tumbuh 9% tahun ke tahun pada April 202. Pertumbuhan tertinggi dalam 40 tahun.

Ketua Fed Jerome Powell mengadopsi pandangan yang paling hawkish hingga saat ini dari awal pekan ini, dengan mengatakan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga setinggi yang diperlukan untuk membendung lonjakan inflasi yang mengancam pondasi ekonomi.

Kembali di Asia Pasifik, dolar Australia mengabaikan peningkatan perubahan pekerjaan yang lebih kecil dari perkiraan, yaitu 4.000 pada April 2022. Data ketenagakerjaan terbaru juga menunjukkan perubahan lapangan kerja penuh sebesar 92.400 dan tingkat pengangguran mencapai 3,9%.

Pasangan USD/JPY Turun 0,17% Menjadi 129,16. Adapun Rupiah Terus Melemah 0,30% di 14.689,0

Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya naik tipis 0,07% di 103.481.

Dolar AS naik pada hari Rabu. Pelemahan indeks ini semalam memberi euro and pound dorongan di awal perdagangan, di samping data pekerjaan Inggris yang kuat dan peningkatan sentimen investor pasca data penjualan ritel AS yang positif dan harapan China akan mengurangi kebijakan lockdown COVID-19.

Pasangan USD/JPY turun 0,17% menjadi 129,16. Adapun rupiah terus melemah 0,30% di 14.689,0 per dolar AS.

Kota Shanghai di China pada hari Selasa mencapai catatan positif yang telah lama ditunggu-tunggu selama tiga hari berturut-turut tanpa adanya laporan kasus COVID-19 baru di luar zona karantina, dengan pihak berwenang menetapkan jadwal kota keluar dari penguncian sehari sebelumnya yang paling jelas hingga saat ini.

Pasangan AUD/USD turun tipis 0,07% menjadi 0,7024 sedangkan NZD/USD juga turun 0,02% di 0,6362.

Pasangan USD/CNY naik tipis 0,12% ke 6,7462  sedangkan GBP/USD turun 0,26% di 1,2458.

Mata uang bersama Eropa menyentuh $1,0563 di awal perdagangan Asia, setelah naik 1,1% semalam, persentase kenaikan hari terbesar sejak Maret. Pound mencapai $1,2501 setelah reli 1,4% semalam, hari terbaik sejak akhir 2020, dengan data menunjukkan bahwa tingkat pengangguran Inggris mencapai level terendah 48 tahun.

Keuntungan ini mendorong indeks dolar ke level terendah dalam hampir dua minggu.

Di sisi data, penjualan ritel AS naik kuat pada April 2022. Penjualan ritel inti naik 0,6%, penjualan ritel tumbuh 0,9% bulan ke bulan dan 8,19% tahun ke tahun. Data juga menunjukkan produksi industri tumbuh 6,4% tahun ke tahun dan 1,1% bulan ke bulan.

Sementara itu, dolar Australia yang lebih berisiko secara umum berada dalam tren naik, didorong oleh sentimen risiko yang membaik dan memperpanjang kenaikan 0,8% pada hari Selasa. Itu juga dibantu oleh risalah pertemuan terbaru Reserve Bank of Australia, yang diterbitkan pada hari Selasa dan mengisyaratkan bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga lagi kala bertemu pada Juni 2022.

Mencerminkan sentimen risiko yang membaik, ekuitas melonjak semalam, dan imbal hasil Treasury AS berada dalam tren naik, terakhir mencapai angka 2,9878%. Imbal hasil AS yang lebih tinggi juga mengakhiri pemulihan kecil yen baru-baru ini, di mana mata uang Jepang sensitif terhadap tingkat suku bunga AS yang lebih tinggi.

Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell juga mengatakan dalam acara Wall Street Journal pada hari Selasa bahwa Fed akan terus mendorong untuk memperketat kebijakan moneternya sampai ada tanda-tanda yang jelas bahwa inflasi melambat.

Pasar Cryptocurrency cukup sepi, dengan bitcoin sedikit berubah di sekitar $30,400.