Harga emas melejit kemarin karena imbal hasil obligasi 10 tahun AS terjun lagi sebanyak 12 poin basis dari puncaknya pada tanggal 23 Maret di 1,776%.
Penurunan imbal hasil obligasi lagi-lagi menyeret Dolar AS jatuh ke titik rendah empat minggu terhadap mata uang utama lainnya. Sebagai gantinya, imbal hasil obligasi yang lebih rendah dan Dolar yang melemah mendorong si logam kuning untuk naik.
Selain itu, sederet laporan kesehatan ekonomi AS yang positif mendongkrak emas, mengingat adanya ancaman inflasi.
Beberapa indikator ekonomi yang telah dirilis mengonfirmasi bahwa penghapusan larangan kesehatan secara berkala dan paket stimulus oleh pemerintahan Biden mendukung agar pemulihan tetap bertahan dalam aktivitas seperti: penjualan retail rebound sebesar 9,8% di bulan Maret, klaim pengangguran jatuh lebih dari perkiraan minggu lalu, dan indeks bisnis Philly Fed dan Empire State berada di atas konsensus untuk periode April.
Harapan dibukanya kembali perkantoran kebanyakkan menguntungkan minyak dan industri logam seperti tembaga, tapi emas telah melemah, bahkan mengalami awal terburuk dalam satu tahun sejak 1982.
Meskipun begitu, jelas bahwa ons emas telah pulih dalam beberapa sesi. Aset tersebut telah stabil di kisaran konsolidasi antara USD 1.677 dan USD 1.750. Untuk itu, penembusan titik resistansi membutuhkan pemulihan tren naik jangka pendek. Secara grafik, harga telah memvalidasi tren pola pembalikkan: double bottom. Target teknikal selanjutnya adalah di USD 1.790 dan kemudian di USD 1.825.
Namun, emas juga terkunci di saluran tren turun sejak Agustus 2020. Saat ini, pasar sedang bekerja di batas atas saluran tersebut yaitu di sekitar USD 1.766, tetapi tembusnya batas ini akan memperkuat skenario tren naik yang akan datang.
Sesi hari ini ditandai dengan candlestick yang mengalir dan terarah, yang menunjukkan antusiasme nyata dari pembeli. Hasilnya, kita bisa melihat leg baru mencapai USD 1.850 dalam beberapa minggu mendatang.