Harga emas telah rebound dalam beberapa hari terakhir dan kembali mendekati titik tingginya di bulan Maret. Logam mulia tersebut mendapat keuntungan jangka pendek dari konsolidasi suku bunga jangka panjang dan juga dari rencana investasi infrastruktur AS.
Joe Biden memperkenalkan bagian pertama dari rencana tersebut lebih kecil dari yang diprediksikan pada minggu lalu, yaitu USD 2,3 triliun dibanding perkiraan awal di kisaran USD 3 triliun dan USD 4 triliun, tapi akan diikuti dengan bagian keduanya di musim panas ini.
RUU ini memberi dampak positif bagi emas di kondisi saat ini di mana pasar khawatir inflasi mengalami slippage dan utang yang berada dalam tingkatan yang belum pernah muncul sejak Perang Dunia II.
Dengan begitu, proyeksi emas masih turun. Meskipun suku bunga telah berkonsolidasi dalam beberapa hari terakhir, tren tetap naik. Selama suku bungadi AS tetap naik, pasar obligasi akan nampak lebih menarik, yang selanjutnya menekan emas.
Terkait analisis teknikal, tren utamaturun sejak musim gugur tahun lalu. Namun, sejak mencapai titik rendahnya pada Mei 2020 di sekitar USD 1.660, emas telah berkonsolidasi antara level dukungan ini dan titik rendahnya pada November 2020 di USD 1.764, yang ditembus di akhir Februari.
Di bawah USD 1.764, prediksi turun terus mendominasi. Pembalikkan harga di dekat titik resistansi ini dapat menjadi titik harga menarik untuk kembali ke arah tren utama.
Prediksi naik dapat muncul lagi jika harga emas menembus resistansi tersebut. Harga emas selanjutnya akan membentuk pola pembalikkanturun “double bottom” yang akan membuka jalan agar emas bisa kembali ke titik puncak saluran turun jangka panjangnya.
Sederhananya, perkiraan pelaku pasar di perekonomian global akan membentuk tren emas. Semakin optimis investor terhadap ekonomi, semakin naik suku bunga jangka panjangnya yang akan menekan emas (dan sebaliknya).