Harga emas telah pulih di sesi terkini. Setelah kembali jatuh ke USD 1.670 minggu lalu, ons emas kembali ke atas titik tinggi bulan Maretnya di USD 1.756,23 berkat sedikit penurunan di suku bunga jangka panjang. Imbal hasil obligasi 10 tahun kehilangan hampir 10 basis poin dari titik tinggi 1,77% di hari Selasa ke 1,64% di hari Kamis pagi.
Setelah koreksi tajam di bulan Februari, harga emas telah stabil sesuai observasi Laurent Schwartz, Presiden “Comptoir National de l’Or”. Pada tanggal 31 Maret, ons emas ada di 1,440.61 Euro, yang merupakan peningkatan sebesar 0,17% di bulan tersebut.
Ini berarti tidak begitu banyak perubahan pada performa emas di tahun 2021 karena tetap negatif -6,45%. Menariknya, harga emas dalam Euro naik lebih baik ketimbang harga dalam Dolar di 1.691,05, turun hampir 3% dan menghantar performa Dolar tahun 2021 ke -10,6%.
Laurent Schwartz menyatakan bahwa celah dalam ekuitas melebar. Yang terakhir memiliki kinerja bulanan yang baik, khususnya di Eropa. Indeks CAC 40 naik 6,4% di bulan Maret, membuatnya mengalahkan si logam kuning lebih dari 15% di 2021. Keuntungannya berpihak pada aset berisiko di bulan Maret yang terdongkrak oleh optimisme seputar tingkat pemulihan ekonomi. Namun, sebaliknya menahan harga emas karena naiknya suku bunga.
Di Amerika Serikat, data pekerjaan yang prima dirilis di bulan Maret, sementara secara global indikator kepercayaan bisnis dan konsumen menunjukkan tanda-tanda peningkatan. Namun, pemulihan ini nampaknya macet, khususnya terkait situasi kesehatan di Eropa karena kini kita melihat imbal hasil obligasi yang sedikit mengetat.
Pergerakan suku bunga jangka panjang terus menjadi faktor utama yang memengaruhi harga emas. Untuk saat ini, suku bunga jangka panjang sedang mundur tapi tren utama tetap naik. Pada situasi saat ini di mana optimisme pelaku pasar sedang meningkat terkait pemulihan ekonomi global, nampaknya penurunan imbal hasil sangat tidak mungkin terjadi.
Harga emas mungkin tertekan selama suku bunga jangka panjang meningkat. Agar suku bunga bisa memulai tren turunnya, proyeksi investor terkait pertumbuhan dan/atau inflasi harus direvisi menjadi turun, yang nampaknya tidak mungkin selama kebijakan moneter dan fiskal sangat berkembang dan produksi vaksin juga meningkat.