Harga Emas turun tajam pada hari Kamis setelah kenaikan yang tak terduga pada data penjualan ritel AS mendorong dolar AS. Penurunan terjadi setelah Dolar AS naik kemudian AS melaporkan kenaikan 0,7% dalam penjualan ritel bulan lalu, dibandingkan dengan perkiraan konsensus penurunan 0,8%.
Data ekonomi positif turut mendorong penguatan dolar, dengan ICE Dollar Index naik 0,34% menjadi 92,89 poin, yang merupakan level tertinggi sejak akhir Agustus.
Imbal hasil obligasi juga naik, dan turut melemahkan Emas secara keseluruhan. Imbal Hasil Obligasi jangka 10-tahun AS naik 3,7 basis poin menjadi 1,34%.
Selain itu, investor percaya bahwa harga emas kemungkinan akan bergejolak di hari-hari mendatang. Para investor menunggu Bank Sentral AS (The Federal Reserve) untuk mengklarifikasi rencananya tentang pengurangan pembelian aset yang menyediakan likuiditas ke pasar selama pandemi Covid-19.
Trader juga akan mencari petunjuk tentang waktu potensi kenaikan suku bunga. Pertemuan The Fed dijadwalkan pada 21-22 September.
Mengingat pergantian peristiwa dan kesediaan Fed untuk mengurangi pembelian aset, harga emas bisa turun lebih lanjut tanpa adanya katalis bullish.
Dari perspektif teknis, pola grafik terlihat memburuk. Harus dicatat bahwa emas didukung oleh oblique bullish sejak Maret 2021. Dengan demikian, semakin dekatnya dengan titik penembusan di trendline bukanlah pertanda baik untuk masa depan.
Penutupan mingguan akan menjadi kunci dari arah harga di masa depan. Jika support di 1.750 tidak memberikan jalan di bawah tekanan untuk sell, maka fase rentang perdagangan konsolidasi pun mungkin terjadi. Dalam skenario ini kita bisa melihat harga bergerak antara 1.830 dan 1.750.
Di sisi lain, penetrasi di bawah 1,750 akan mengarah pada kelanjutan aliran ke bawah menuju support penting berikutnya di sekitar 1,680.