Harga emas kian tertekan akibat melandainya kurva suku bunga dan peningkatan imbal hasil obligasi pemerintah AS di awal pekan.
Imbal hasil surat obligasi AS dengan tenor 10 tahun terus melejit dengan kenaikan 3 poin basis ke 1,747 persen. Suku bunga bursa acuan naik ke 1,78% kemarin yang merupakan titik tertinggi sejak Januari 2020. Angka tersebut pernah mencetak titik rendah di 0,915% awal tahun ini.
Kenaikan imbal hasil yang dipicu oleh membaiknya pandangan ekonomi dan kekhawatiran akan meningkatnya inflasi di AS tengah menekan emas. Para investor memutuskan untuk fokus pada sektor ekonomi yang paling mungkin diuntungkan dari pemulihan ekonomi dan akhirnya meninggalkan emas yang kondang dengan status aset amannya.
Kendati demikian, para analis khawatir akan kenaikan gabungan dari pasar ekuitas dan imbal hasil obligasi, suatu fenomena yang sering dianggap pertanda terjadinya konsolidasi.
Menurut grafik, emas terjun untuk mendapat pijakan kembali dan para penjual terus memberi tekanan kuat pada harga. Kemudian, bursa kini mencoba untuk membuat titik rendah baru menyusul penembusan titik 1.703 per ons.
Dalam jangka dekat, kita akan melihat fase konsolidasi dalam bentangan harga $1.750 dan $1.680. Perputaran harga baru menuju batas yang berlawanan yang dilengkapi dengan penembusan harga akan membawa harga ke $1.790. Sebagai catatan, harga emas telah terkunci dalam saluran tren turun sejak Agustus 2020, jadi penembusan titik atas seharusnya mengarahkan pada berlanjutnya dinamika titik bawah bullish.
Namun, jika titik support $1.680 tertembus akibat tekanan jual, maka emas berisiko terus terjun hingga titik teknis utama selanjutnya di sekitar $1.625.
Simpulannya, emas terperangkap di antara dua tingkat utama, resistansi di $1.750 dan support di $1.680. Oleh karena itu, hanya penembusan hargalah yang akan mengatur tempo selama sepekan, namun risiko bearish tetap ada dalam jangka dekat.