Harga emas bergerak dalam kisaran terbatas di perdagangan Asia pada Selasa siang, namun masih berada dalam jangkauan rekor tertinggi karena ketidakpastian perekonomian global dan beberapa spekulasi penurunan suku bunga lebih awal mendorong tajam harga emas batangan.
Namun reli tersebut kini tampaknya berhenti sebelum adanya sinyal lebih lanjut mengenai perekonomian AS, terutama dari komentar dari Federal Reserve dan data pasar tenaga kerja utama yang akan dirilis pada minggu ini.
Emas di pasar spot naik 0,2% menjadi $2,118.59 per ounce, sementara emas berjangka yang berakhir pada bulan April stabil di dekat $2,126.75 per ounce pada Selasa siang. Kedua instrumen tersebut menetap di atas $2,100 per ounce untuk pertama kalinya pada hari Senin, dan sekarang mendekati rekor tertinggi $2,135.72 per ounce untuk spot dan $2,130.20 per ounce untuk kontrak berjangka.
Permintaan logam kuning didorong oleh beberapa indikator bahwa perekonomian AS sedang melambat, sementara muncul tanda-tanda resesi di Eropa dan Jepang, ditambah dengan perkiraan pertumbuhan yang buruk dari Tiongkok, juga menjadi faktor yang mendorong permintaan safe haven.
Namun kenaikan emas lebih lanjut tertahan oleh antisipasi isyarat lebih lanjut mengenai suku bunga AS, terutama dari Ketua Fed Jerome Powell minggu ini.
Powell akan memberikan kesaksian di depan Kongres pada hari Rabu, dan para analis memperkirakan Ketua Fed akan mempertahankan retorika hawkishnya.
Setelah Powell, data nonfarm payrolls pada hari Jumat diperkirakan akan memberikan lebih banyak isyarat mengenai pasar tenaga kerja, yang juga menjadi pertimbangan utama bagi The Fed dalam menyesuaikan suku bunga.
Suku bunga AS yang tinggi tetap menjadi faktor risiko utama bagi harga emas, dan telah membatasi pergerakan harga emas hingga mencapai rekor tertingginya. Suku bunga yang lebih tinggi menekan emas dengan meningkatkan biaya peluang berinvestasi pada logam kuning.