Dolar AS rebound terhadap mata uang utama lainnya pada sesi Asia hari Kamis seiring dengan minutes pertemuan moneter FOMC bulan lalu yang dirilis semalam.
Hasil pertemuan menunjukkan adanya pembahasan mengenai tapering diantara anggota voting Fed tersebut. Dalam nota tersebut sejumlah pejabat Fed mengatakan jika momentum pemulihan ekonomi terus berlanjut sudah selayaknya untuk kembali mempertimbangkan pengetatan kebijakan moneter yang akomodatif.
Dengan pernyataan tersebut memunculkan kembali spekulasi akan pembahasan lebih lanjut perihal tapering ini dalam pertemuan moneter berikutnya di bulan Juni mendatang. Yield obligasi 10 th pemerintah AS langsung melonjak sesaat setelah rilis nota ini. Hal ini diluar perkiraan pasar karena selama ini pejabat-pejabat Fed cenderung mengidentifikasi pemulihan ekonomi hanya akan menyebabkan lonjakan inflasi yang bersifat transisi.
Begitu pula dengan pertemuan moneter tersebut berlangsung sebelum dirilis data-data fundamental yang cenderung terus menurun sehingga spekulasi tersebut kembali menemui halangan dengan kondisi sektor tenaga kerja dan belanja konsumen yang menurun membuat peluang pembahasan tapering menjadi mentah kembali.
Sementara itu Poundsterling juga ikut melemah terhadap Dolar meskipun data inflasi menunjukkan terjadinya lonjakan yang cukup signifikan. Data inflasi CPI naik 2x lipat atau 1.5% dari periode sebelumnya 0.7%. Begitu pula dengan data core yang naik 1.3% dari periode sebelumnya 1.1%.
Bank Sentral Inggris (BOE) sendiri menargetkan inflasi diatas 2% dan dapat menyentuh 2.5% diakhir tahun 2021 ini. Namun inflasi diperkirakan akan kembali turun dibawah 2% pada 2022 dan 2023 mendatang.
Dengan program vaksinasi yang melampaui target dan fase pembukaan wilayah yang selama ini terbatas menjadi jaminan akan pemulihan ekonomi di negara ini. Sehingga beredar spekulasi bahwa BOE akan menjadi bank sentral pertema yang akan melakukan pengetatan moneter dengan menaikkan suku bunganya.