Dolar AS melemah terhadap mata uang perdagang lainnya seiring dengan pelemahan set data makro ekonomi AS minggu ini.
Fed tetap menahan kebijakan moneternya dan belum berencana untuk mengubahnya dalam waktu dekat ini. Berturut-turut setelah Non-Farm Payroll, Retail Sales, indeks manufaktur negara bagian New York yang menurun ditambah dengan data yang dirilis semalam menunjukkan sektor perumahan juga mulai jenuh.
Sementara itu pemulihan ekonomi secara global terutama di Kanada dengan bank sentral bersiap untuk tapering dan Inggris yang semakin terbuka dengan aktivitas ekonominya serta dilonggarkannya pembatasan di Eropa membuat daya tarik mata uang dolar semakin berkurang.
Ditambah dengan komentar dari Wakil Ketua Fed – Randal Quarles yang mengatakan pemulihan ekonomi di AS sangat kuat sedang berjalan saat ini namun belum cukup bagi Fed untuk mengubah kebijakan moneternya.
Euro berlanjut menguat terhadap Dolar mendekati level tertingginya dalam 3 bulan terakhir seiring dengan optimisme akan pemulihan ekonomi yang menyertai dimulainya pelonggaran di sejumlah wilayah di kawasan ini dan mengakhiri pembatasan dan lockdown yang berlangsung lebih dari 6 bulan terakhir di Spanyol dan menyusul di wilayah lainnya. Program vaksinasi terus berlangsung walau tidak selaju perkembangan di Inggris namun jumlah penduduk dewasa yang mendapatkan suntikan vaksin terus meningkat.
Optimisme ini mengabaikan data ekonomi yang relatif masih menurun. Flash GDP rilis sesuai perkiraan masih stabil -0.6%, Surplus neraca perdangan turun 13.0B meleset dari perkiraan 20.3B dan periode sebelumnya 23.1B dan juga perubahan di sektor tenaga kerja yang turun -0.3% lebih jelek dari perkiraan +0.1% dari periode sebelumnya +0.4%. Hari ini akan dirilis data inflasi dan laporan review stabilitas ekonomi dari Bank Sentral Eropa (ECB).