Dolar diperdagangkan stabil terhadap mata uang utama lainnya jelang rilis data inflasi AS yang baru akan dirilis besok. Sebelumnya dolar melemah setelah laporan tenaga kerja Non-Farm Payroll di penghujung pekan lalu sangat jauh dari perkiraan.
Pasar ingin mengetahui dampak dari data tenaga kerja pekan lalu itu dapat memicu inflasi tinggi seperti spekulasi sebelumnya. Pergerakan mata uang akhir-akhir ini diwarnai oleh naik-turunnya yield obligasi pemerintah AS yang merefleksikan peluang Fed untuk mulai melakukan perubahan kebijakan moneternya seiring dengan pemulihan ekonomi di AS. Meskipun sejumlah pejabat Fed terus menegaskan tidak akan mengubah kebijakan tersebut dalam waktu dekat dan jika terjadi lonjakan inflasi maka hal tersebut hanya bersifat transisi.
Dengan permintaan yang diperkirakan terus naik dengan pelonggaran semakin meluas dan meningkatnya aktifitas ekonomi mulai berjalan normal seiring dengan program vaksinasi yang sukses. Sedangkan penawaran masih belum normal masih terkendala dengan terbatasnya bahan baku selama masa pandemik sebelumnya akan menyebabkan inflasi naik.
Dalam survey yang dilakukan oleh Fed cabang New York tercatat ekspektasi kenaikan inflasi mencapai level tertinggi sejak September 2013 lalu. Survei ini mengukur seberapa anggaran belanja rumah tangga pada bayar kredit rumah, sewa, bbm dan biaya kuliah.
Meskipun demikian masih diperlukan data lebih komprehensif sebelum Fed mulai membahas tapering. Presiden biden dalam konferensi pers semalam mengatakan dalam beberapa bulan mendatang AS akan mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Tidak ada data ekonomi penting yang akan dirilis, namun sejumlah pejabat Fed akan memberikan testimoni.
Di lain tempat, Poundsterling terus menguat mencapai level tertinggi bulanan terakhir namun juga terhadap Euro seiring dengan semakin meluasnya pelonggaran di negara ini. Sementara pemilu di Skotlandia sudah berakhir seperti yang diperkirakan dengan kemenangan partai Skolandia National Party yang memiliki agenda untuk megajukan referendum kemerdekaan dari Inggris.
Namun pasar tidak melihat hal tersebut sebagai ancaman karena masih diperlukan proses dalam jangka panjang. Ketua partai tersebut – Nicola Sturgeon menyampaikan prioritas utamanya adalah masih pada mengendalian pandemik covid-19. Selain itu usulan referendum tersebut untuk dapat diterima oleh pemerintah Inggris.