Harga Emas dunia menurun lebih dari 1,6 persen ke level terendah sejak April 2020 pada trading akhir pekan ini.
Posisi harga tertekan oleh reli panjang Dolar AS dan imbal hasil Treasury karena Federal Reserve mengadopsi sikap yang lebih agresif untuk mengendalikan peningkatan inflasi.Harga Emas di pasar spot merosot 1,7 persen ke harga USD1.643,61 per ounce setelah menurun sebanyak 1,9 persen menjadi USD1.640.30 di awal sesi. Emas berjangka AS bergerak turun 1,9 persen menjadi USD1.652.
“Kami melihat kekuatan Dolar AS tanpa henti di sini dan itu akan membuat Emas rentan dalam jangka pendek,” kata Edward Moya, analis senior OANDA.
Menurut dia ekonomi jelas menuju resesi. Risiko hard landing mengalami kenaikan dan ini terus mendorong arus masuk ke Dolar, yang merupakan berita buruk bagi Emas.
Sementara itu Dolar mencapai level tertinggi 20 tahun, meredam permintaan untuk Emas batangan yang dihargakan dengan greenback. Smentara imbal hasil US Treasury tenor 10-tahun acuan meningkat ke level tertinggi sejak April 2010.
“Ini akan terlihat harga (Emas) diperjualkan secara sideways selama sisa tahun ini,” kata Fitch Solutions dalam sebuah catatan.
Inflasi yang meningkat telah mendorong beberapa bank sentral untuk memperketat kebijakan moneter. The Fed AS meningkatkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada hari Rabu.
Emas sangat sensitif terhadap peningkatan suku bunga AS, karena hal ini meningkatan biaya peluang untuk memegang Emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil seiring menaikknya Dolar, di mana Emas dihargai.
“Emas dan logam semi-investasi lainnya seperti perak dan platinum kemungkinan akan terus berada di bawah tekanan sampai pasar menyentuh puncak hawkish,” kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, dalam sebuah catatan.
Logam mulia lainnya juga menurun tajam dan berada di laju penurunan mingguan. Spot silver merosot 4 persen menjadi USD18,87 per ounce, paladium menurun 4,9 persen menjadi USD2.066,02 dan platinum bergerak turun 4,9 persen menjadi USD856,82.