Dollar AS mencapai level tertinggi dalam dua tahun di akhir perdagangan Selasa pagi WIB. Dolar AS mendapat dorong karena gelombang penghindaran risiko menghantam pasar global.
Dengan perang di Ukraina memasuki bulan ketiga dan kekhawatiran yang berkembang dari wabah Covid-19 di seluruh China memicu kejatuhan saham China. Investor pun membuang pasar mata uang kesayangan seperti dolar Australia dan yuan China di luar negeri.
Sementara yuan China membukukan penurunan beruntun terbesarnya dalam hampir empat tahun di tengah meningkatnya kekhawatiran perlambatan ekonomi di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Terhadap sekeranjang mata uang saingannya, dolar naik menjadi 101,88, level yang terakhir diuji pada Maret 2020. Terakhir di 101,79, naik 0,7 persen, merupakan persentase kenaikan harian terbesar sejak 11 Maret.
Aussie, yang merupakan salah satu pencetak keuntungan terbesar pada kuartal pertama 2022 berkat melonjaknya harga-harga komoditas, turun secara luas. Dolar Australia melemah 0,9 persen terhadap dolar AS menjadi 0,7176 dolar AS dan turun 1,4 persen terhadap yen Jepang menjadi 91,89 yen.
Yuan China jatuh ke level terendah satu tahun terhadap dolar dan terakhir turun 0,9% pada 6,5617 yuan per dolar AS.
Pengukur volatilitas pasar mata uang yang lebih luas sedikit lebih tinggi, dengan indeks naik ke level tertinggi dalam lebih dari sebulan.
Krona Norwegia juga tergelincir hampir 2,0 persen terhadap dolar AS, yang terakhir diperdagangkan naik pada 9,1252.
Ahli strategi BofA Securities mengatakan meskipun ada kenaikan dalam volatilitas pasar mata uang, investor membeli dolar Kanada, Aussie, dan euro.
Data posisi terbaru untuk minggu lalu menunjukkan para hedge funds memangkas taruhan posisi beli euro mereka.
Keuntungan kecil euro setelah kemenangan pemilihan Presiden Prancis Emmanuel Macron atas saingan sayap kanan Marine Le Pen dengan cepat memudar, dengan mata uang tunggal turun 0,9 persen menjadi 1,0718 dolar AS.
Komentar hawkish oleh berbagai pembuat kebijakan pekan lalu juga meningkatkan risiko pengetatan kebijakan agresif oleh bank-bank sentral global. Pasar uang memperkirakan Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga setengah poin pada dua pertemuan berikutnya dan Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Juli.